
SRAGEN, Akulturasi
– Hingga awal tahun 2025, Badan Penanggulangan Kebakaran (BPBK) Sragen sudah mengevakuasi 48 ekor ular dari area perumahan masyarakat.
Salah satunya adalah ular berbisa yang diketahui memiliki racun sekuat atau mungkin lebih mematikan daripada kobra dewasa.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dari Satuan Polisi Pamong Praja Sragen, Tommy Isharyanto, menyatakan bahwa frekuensi pengaduan yang masuk dari warga tentang kehadiran ular cukup tinggi dan ada kenaikan yang mencolok di bulan Maret tahun 2025.
“Berdasarkan laporan masyarakat yang diterima semakin banyak. Frekuensi juga cukup sering,” katanya ketika dihubungi Akulturasi, Selasa (15/5/2025).
Berdasarkan informasi dari Damkar Sragen, berikut ini adalah data evakuasi ular yang tercatat selama tahun 2025:
Tommy mengatakan bahwa kenaikan laporan tersebut sangat terkait dengan musim hujan yang saat ini tengah berlangsung.
“Saat masuk ke musim hujan, ular cenderung lebih banyak mencari makan. Aroma sumber makanan menjadi lebih tercium dan menyebar selama musim ini. Oleh karena itu, sejumlah ular dipindahkan ke kandang ayam, bebek, atau jenis unggas lainnya,” penjelasannya.
Jenis ular yang paling sering ditangani Damkar Sragen adalah kobra jawa dan piton.
Contoh kasus terbaru adalah penangkapan ular kobra jawa dewasa sepanjang 1 meter di belakang rumah warga Kampung Sine, Kelurahan Sine, Kecamatan Sragen Kota, pada Kamis (10/4/2025).
“Kalau kobra jawa 1 meter sudah dewasa. Bisanya mematikan itu. Kalau tidak ditangani segera fatal. Yang terserang kan sarafnya. Di Sragen memang belum kejadian tetapi berdasarkan literasi bisa menyebabkan kematian kurang dari 24 jam,” jelas Tommy.
Selain kobra, Damkar juga pernah mengevakuasi ular hijau ekor merah atau Trimeresurus albolabris, yang disebut-sebut memiliki tingkat bisa yang sangat tinggi.
“Kemarin kita juga menangkap seekor ular berwarna hijau dengan ekor merah. Kemampuan racunnya mungkin sebanding atau bahkan lebih kuat dibandingkan dengan kobra. Menurut informasi yang kami miliki dari Sragen, jenis ini belum memiliki antiracun,” jelas Tommy.
Walaupun belum ada pengaduan dari penduduk tentang gigitan ular berbisa, Tommy meminta agar masyarakat tetap hati-hati, terutama di area yang lembab dan redup cahaya.
“Sekali lagi, ular adalah hewan yang lebih suka menjaga jarak dari manusia. Biasanya mereka ditemukan di area-area terpencil yang jarang dilewati oleh orang. Kebanyakan ular hidup dalam kondisi lembab dan suram. Oleh karena itu, agar mencegah kehadiran mereka sebaiknya penerangan cukup dimasukkan pada lokasi-lokasi potensial semacam yang telah disampaikan tadi jika memungkinkan,” ungkapnya.