Jumbo: Legenda Si Ksatria dari Desa Seruni

Pada hari Sabtu sekitar pukul petang, tepatnya tanggal 5 April 2025, untuk memanfaatkan waktu longgar menjelang lebaran, kami beramai-ramai menuju bioskop di Mal Ratu Indah guna menyaksikan film kartun “Jumbo”. Film ini merupakan hasil karya sang sutradara muda bernama Ryan Adriandhy yang berasal dari studio pembuat film Vinisinema.

Saat film dimulai dengan cerita rakyat bernama “Pahlawan Berani di Pulau Busur” yang diceritakan oleh ayah (diperankan oleh Ariel Noah sebagai pengisi suaranya) dan ibu (oleh Bunga Citra Lestari) untuk putranya, Don (digambarkan oleh Prince Poetiray dan Den Bagus Sasono), saya segera percaya bahwa film tersebut luar biasa. Rasanya menyenangkan akhirnya dapat menikmati tontonan animasi dalam bahasa Indonesia lengkap dengan teks terjemahan ke Bahasa Inggris.

Cerita Jumbo menggambarkan kehidupan seorang bocah bernama Don yang dibesarkan oleh Oma (Ratna Riantiarno) setelah kedua orang tuanya meninggal. Mereka menyingkapkan sebuah buku cerita bergambar dengan judul “Pulao Gelembung”, yang amat dilindungi dan dirawat oleh Don.

Don bermukim di Desa Kampung Seruni, menjadi sahabat dekat Nurman yang diperankan oleh Yusuf Ozkan, serta Mae dipaparkan Graciella Abigail. Setiap hari mereka biasa datang ke lapangan desa setempat guna memainkan pertandingan kasti melawan kelompok Atta dibintangi M. Adhiyat. Meskipun tim Don senantiasa menelan kekalahan dan sering mendapat ejekan dari para anggota lawannya, hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya. Ia juga kerapkali diremehkan oleh Atta dengan panggilan julukan ‘Jumbo’ dikarenakan tubuhnya yang gemuk. Walau demikian, semua cela-cela itu tak membawa pengaruh buruk pada mentalitas Don; dia tetap teguh dalam hati mengenangkan kata-kata motivasi dari kedua orang tuanya beserta nasehat Oma agar dapat tumbuh sebagai seorang pemberani layaknya ksatria.

Don berniat menyampaikan sebuah prestasi yang layak dipamerkan, khususnya bagi kedua orangtuanya. Dia bersama Nurman dan Mae merancangkan partisipasi mereka pada Festival Kampung Seruni, dengan mencetuskan pertunjukan istimewa menggunakan lagu-lagu kreasi sang ibu yang terdapat dalam buku cerita rakyat tersebut. Keberuntungan pun dirasakan oleh ketiganya saat berhasil mendaftar gantinya satu peserta lain yang mundur.

Atta yang cemburu terhadap Don, mencoba membatalkan pertunjukan tersebut. Kemudian Atta pun menyita paksa buku ceritanya agar Don tak dapat melangsungkan pementasannya.

Tentu saja Don menghendaki kiranya bukunya dikembalikan. Proses meraih kembali buku tersebut merupakan fokus utama dari cerita dalam film ini. Selagi menjelajahi perjalanan itu, mereka berjumpa dengan Meri (diperankan oleh Quinn Salman), seorang hantu anak perempuan yang pemaaf serta menuntut pertolongan untuk mencari kedua orang tuanya (dimainkan oleh Ariyo Wahab dan Cinta Laura Kiehl). Don dan Meri bersedia bekerja sama demi membantu satu sama lainnya. Keasyikan petualangannya terus meningkat.

Karakter antagonis milik Atta benar-benar kuat dalam menciptakan konflik sehingga menjadikan film tersebut mendebarkan dan tegang. Namun, kita juga ikut merasai penderitaan Atta yang hidup serumah dengan Achil (Angga Yunanda), sang kakak, yang sedang menghadapi masalah keuangan. Di luar Atta, tiap perannya unik serta menggemaskan, semua terlihat alami saat berekspresi.

Setelah menyaksikan film yang berlangsung selama 102 menit, hal itu membuatku kagum, lalu mencoba memikirkan betapa sulitnya untuk menghasilkan sebuah film animasi semenarik dan sekualitas ini?

Ceritanya membutuhkan waktu lima tahun untuk melengkapi Jumbo, terutama karena adanya kerjasama antara banyak animator. Akhirannya sungguh mengagumkan. Mutunya sangat baik dan setara dengan buatan Pixar. Seluruh scene dibuat secara mendetail yang menunjukkan kalau hasil animasi dari Indonesia bisa bertanding di kancah global.

Alurnya menarik dan disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh anak-anak. Lagu-lagu dalam filmnya juga enak didengarkan saat mendukung berbagai adegan komikal seperti membongkar celengan, perlombaan naik balon merdeka, perbaikan jalan rusak, hingga aktivitas penjual sepeda dan gerobak yang mencirikan atmosfer desa di Indonesia.

Jumbo sungguh menggetarkan emosi dan membawa kembali ingatan tentang masa kecilmu.

Menjadi bagian dari petualangan Don dan kawan-kawannya membawa kita untuk merasakan keinginan bergabung dengan mereka. Ini menghidupkan kembali semburat anak-anak dalam diri kita yang sesungguhnya tidak pernah lenyap.

Dibalut oleh konteks yang amat dekat dengan kehidupan sehari-hari, kisah ini menyajikan banyak pembelajaran etika terkait keakraban dalam keluarga, persahabatan murni, serta pentingnya berkata jujur dan meminta maaf secara bijaksana.

Menonton Jumbo sekali lagi menjadi keputusan yang baik untuk menghabiskan waktu lebaran dengan keluarga tercinta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu Juga Mungkin Suka