Koreksi Kebijakan, Trump Nyatakan Tarif atas Barang Canggih dari China Tak Berlaku


Akulturasi

Presiden AS Donald Trump sekali lagi menjadi perhatian karena mengenakan sanksi berupa tarif balasan terhadap Cina.

Sebagaimana diberitakan Jumat kemarin (11/4/2025), Trump menyatakan meningkatkan tariff balasan terhadap Cina hingga 145% akibat ketidakketauannya terhadap peraturan sebelumnya.

Meskipun begitu, Trump kelihatannya mulai mengurangi tindakan kerasnya terhadap China yang diimplementasikan pada hari Sabtu kemarin (12/4/2025) secara lokal.

Dikutip dari
Associated Press, p
Pada hari Sabtu malam, pemerintah Trump tiba-tiba menyatakan perubahan terhadap kebijakan tariff mereka yang berkaitan dengan China.

Pemerintahan Trump menyatakan bahwa aturan itu tidak berlaku untuk anak-anakproduk terkait peralatan elektronik semacam ponsel pintar dan notebook.

Tindakan itu dilakukan oleh pemerintahan Trump untuk mempertahankan harga produk elektronik yang banyak diminati di Amerika Serikat supaya tetap terjangkau, karena umumnya barang-barang ini bukan berasal dari produksi dalam negeri.

Pada pengumumannya, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan Amerika Serikat mengungkapkan bahwa berbagai produk seperti ponsel pintar, notebook, penyimpanan keras, layarpanel tipis, serta sejumlah kecil komponen elektronik memenuhi kriteria untuk dikecualikan.

Mesin-mesin yang digunakan dalam produksi semikonduktor pun terkecuali, sehingga bebas dari tarif sebesar 145% bagi barang-barang asal Tiongkok atau tarif standar 10% untuk negara-negara lainnya.

Kebijakan ini mewakili pembaruan tariff terkini dari administrasi Trump, yang sudah berkali-kali mengubah posisinya tentang rencana utama untuk menarik bea masuk pada produk impor hampir seluruh negara.

Pengecualian ini menunjukkan pemahaman presiden bahwa tariff yang dikenakan pada produk dari Tiongkok tidak akan segera mendorong pindahnya produksi telepon genggam, komputer, atau peralatan lain ke Amerika Serikat.

Ini tampaknya membantah dugaan pemerintahan Trump sebelumnya bahwa Apple akan mulai memproduksi iPhone di Amerika Serikat sebagai respons atas kebijakan tariff bertentangan terhadap China.

Konsep tersebut cukup menantang untuk direalisasikan mengingat Apple sudah membentuk jaringan suplai yang rumit di China dalam beberapa dekade terakhir ini.

Pemindahan produksi ke Amerika Serikat memerlukan proses bertahun-tahun serta biaya mencapai miliaran dolar, sehingga hal tersebut bisa menaikkan harga iPhone sampai tiga kali lebih tinggi, yang kemudian berpotensi merugikan penjualan ponsel utama mereka.

Putusan Trump untuk mengesampingkan iPhone serta peralatan terkenal produksi China ini sejalan dengan kebijakan semacamnya selama tahap awal perdagangan antar kedua negara tersebut.

Namun, pada awal periode kepresidenannya yang kedua, Trump terlihat semakin agresif dalam menerapkan bea masuk yang lebih luas, hal ini menyebabkan penurunan nilai pasarnya Apple serta beberapa perusahaan teknologi lainnya.

Gejolak ini juga menghantam saham Tujuh Perusahaan Besar teknologi asal AS.

Tujuh perusahaan tersebut meliputi Apple, Microsoft, Nvidia, Amazon, Tesla, Alphabet (perusaan induk Google), serta Meta Platforms (yang sebelumnya merupakan perusahaan induk Facebook).

Di awal bulan April, nilai pasarnya secara bersama-sama berkurang sebesar $2,1 triliun (atau 14%) mulai tanggal 2 April saat Trump mengumumkan tarif yang mencakup banyak negara.

Rugi itu mulai berkurang pekan lalu ketika Trump mengundurkan keputusan tariff untuk negara lain di luar Tiongkok, sehingga memperkecil kerugian gabungan “Tujuh Besar” menjadi $644 miliar (turun 4%) sejak tanggal 2 April.

Saat ini, diperkirakan pasar saham di Amerika Serikat akan melihat ledakan sektor teknologi pada hari Senin depan, dengan Apple memimpin berkat iPhone yang dibuat di Tiongkok dan masih menjadi penyumbang utama bagi keuntungan perusahaan tersebut.

Pengecualian ini juga mengurangi ketakutan pelanggan tentang kemungkinan kenaikan harga yang signifikan pada peralatan penting seperti ponsel pintar akibat tarif terhadap Tiongkok.

Pada hari Sabtu, dalam sebuah pernyataan, Karoline Leavitt sebagai juru bicara Gedung Putih tidak merinci pengecualian yang dimaksud. Namun demikian, dia menggarisbawahi bahwa pemerintahan masih mendukung upaya agar industri teknologi mentransfer proses produksinya ke Amerika Serikat.

Presiden Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat harus berhenti tergantung pada Tiongkok dalam pembuatan teknologi penting seperti semikonduktor, chipset, telepon pintar, serta notebook,” jelas Leavitt. Dia juga melanjutkan bahwa pihaknya sudah mendapatkan komitmen investasi dari perusahaan-perusahaan besar termasuk Apple, TSMC, dan Nvidia, yang “bersiap-siap untuk mentransfer proses produksinya ke AS dengan cepat.


(Akulturasi/Bobby)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu Juga Mungkin Suka