
Akulturasi
, JAKARTA — Dana asing senilai Rp5,93 triliun sudah ditarik dari bursa efek Indonesia minggu lalu akibat keputusan tariff Amerika Serikat. Terkait hal ini, saham PT
Bank Mandiri
(TPersero) Tbk. (BMRI) adalah yang paling besar ditransaksikan oleh investor asing.
Berdasarkan data
Bursa Efek Indonesia
(BEI), pasar saham Indonesia mencatatkan nilai jual bersih atau
net sell
uang senilai Rp5,93 triliun pada minggu lalu atau periode dagang 8-11 April 2025 setelah hari raya Lebaran.
Akhirnya, bursa efek di Indonesia meraih kinerja positif.
net sell
asing sebesar Rp35,86 triliun sepanjang tahun berjalan (
year to date/
atau sejak perdagangan pertama pada tahun 2025.
Catatan menunjukkan bahwa investor asing menjual jumlah yang signifikan dari saham pada minggu perdagangan kemarin, khususnya saham perbankan besar atau grup bank dengan Core Capital Adequacy Ratio (CAR) Kelas IV. Sebagai contoh, saham BMRI mengalami penjualan berarti.
net sell
uang senilai Rp2,46 triliun minggu lalu.
Selanjutnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) tercatat
net sell
saham senilai Rp1,92 triliun minggu lalu. Kemudian, saham PT
Bank Central Asia
Tbk. (BBCA) mencatatkan
net sell
aset senilai Rp713 miliar serta PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melakukan pencatatan
net sell
asing Rp166 miliar.
Di samping bank berkapital besar, beberapa saham juga banyak dicairkan oleh investor asing seminggu yang lalu. Sebagai contoh, PT United Tractors Tbk. (UNTR).
net sell
sebanyak Rp210 miliar serta PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (
ADRO
) mencatatkan
net sell
asing sebesar Rp126 miliar.
Sepanjang aliran modal asing yang melambat, bursa efek di Indonesia tampil lesu seminggu terakhir. Di awal sesi dagang pasca istirahat hari raya Idul Fitri, yaitu pada tanggal Selasa (8/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) penutupannya merosot sebesar 7,9%, mencapai angka 5.996,1 poin.
IHSG bahkan sempat anjlok 9,19% ke level 5.912,06 setelah pembukaan kembali pasca libur Lebaran. BEI pun mengumumkan pembekuan sementara perdagangan saham atau trading halt.
Keesokan harinya, Rabu (9/4/2025), IHSG pun masih ditutup lesu, turun 0,47%. Meskipun, pada Kamis (10/4/2025), IHSG ditutup menguat 4,79% dan pada Jumat (11/4/2025),
IHSG
ditutup meningkat 0,13% mencapai tingkatan 6.262,22.
Akan tetapi, IHSG masih berada dalam zona merah, turun 11,55% sepanjang tahun hingga saat ini (year to date/ytd), atau sejak pembukaan perdagangan pada awal tahun 2025.
Arus besar modal asing keluar dari bursa efek Indonesia tercatat minggu lalu sejalan dengan pernyataan mengenai kebijakan tariff impor Amerika Serikat. Seperti yang sudah disampaikan, bea masuk tersebut secara resmi diumandangkan oleh Presiden Donald Trump pada hari Rabu tanggal 2 April 2025, menurut zona waktu lokal.
Semua negeri diwajibkan dengan tarif impor sebesar 10%, sementara itu beberapa negeri juga mengalami penerapan tarif balasan.
reciprocal tariffs)
lebih tinggi karena adanya hambatan perdagangan dengan AS.
Walaupun demikian, Trump saat ini sudah menghentikan sementara implementasi program tersebut.
reciprocal tariffs
sepanjang 90 hari berdasarkan permintaan beberapa negara. Trump pun meningkatkan tarif impornya terhadap Cina hingga 125%.
Analis Riset Pasar Equity dari Panin Sekuritas, Felix Darmawa, meramalkan bahwa arus modal asing kemungkinan besar tetap kuat dalam mengalir keluar dari bursa efek Indonesia hingga mencapai kuartal II tahun 2025. Alasan utama dibalik prediksinya ini adalah dampak buruk terhadap sentimen investor akibat keputusan Amerika Serikat tentang tarif impor yang sudah ditetapkan.
Donald Trump
.
Para investor terutama yang berasal dari luar negeri kemungkinan juga masih akan meninggalkan pasar dalam negeri kita pada bulan April ini, terlebih dahulu untuk mencari aset.
safe haven
Seperti emas, surat berharga dari US Treasury, serta mata uang negara lain seperti yen Jepun dan franc Swiss,” ungkap Felix ketika diwawancarai Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Di sisi lain, Senior Market Chartist dari Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan bahwa meskipun adanya tekanan akibat kebijakan tariff yang ditetapkan oleh Trump terhadap pasar saham, tetap ada peluang untuk arus modal asing.
Sikap pro-Trump mungkin akan berkurang jika pertumbuhan ekonomi dunia terwujud. Oleh karena itu, sejatinya sikap tersebut masih bersifat sementara.
market
berikan respons positif setelah mencapai kesepakatan terkait biaya,” jelas Nafan kepada
Bisnis
.
Selanjutnya, ia berpendapat bahwa saham-saham yang tadinya banyak diminati asing, misalnya saham perbankan besar, dapat menjadi motor penggerak IHSG serta dukungan untuk aliran modal asing kembali.