Pengalaman Menyeramkan Warga di JPO Daan Mogot: Satu Langkah Salah, Mungkin Anda Jatuh

Jalannya lalu lintas di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, selalu sibuk. Di pagi hari ini, Selasa (15/4), banyak kendaraan yang nampak berlomba untuk mengalahkan waktu. Suara klakson bergema satu sama lain dan debu bertebaran semakin memperparah keramaian jalan raya tersebut.

Dalam kesibukan jalanan protokol tersebut, terdapat Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang menjadi topik pembicaraan warga dan mendunia di media sosial.


Akulturasi

Memeriksa secara langsung keadaan jembatan itu. Secara umum tidak tampak ada hal mencurigakan. Namun bila melihat kisah-kisah sebelumnya, JPO ini lebih dari sekedar jembatan normal. Beberapa bagian sisiannya berlubang berkali-kali, dan permukaannya pernah melebar karena retak.

Bukan kerusakan disebabkan oleh umur atau iklim, tetapi barang tersebut benar-benar diambil oleh seseorang. Menurut laporan dari penduduk sekitar, si pencuri menggunakan sebuah las untuk memotong serta mendapatkan bagian besi dasar tangga itu.

Insiden pengambilan ilegal plat besi di Jembatan Penyeberangan Oranye Daan Mogot ini merupakan kejadian berulang. Dari tahun 2023 sampai 2024, ada lima kasus sejenis yang sempat dilaporkan di lokasi tersebut. Tangga serta lantainya menghilang tanpa meninggalkan petunjuk apapun.

Insiden ini tidak hanya memicu kemarahan, tetapi juga ketakutan tentang keselamatan penduduk yang sehari-hari bergantung pada jalur lalu lintas pejalan kaki itu untuk akses jalan mereka.

Saat ini, keadaan jembatan tersebut telah membaik secara signifikan. Plat baja segar telah dipasang untuk mengganti sebagian yang hilang. Lubang kosong di masa lalu yang pernah terbuka lebar kini ditutup rapi. Tampak juga tanda-tanda pengelasan serta baut-baru, menyiratkan bahwa usaha pemugaran berlangsung tidak lama yang lalu.

Sekali pun telah dilakukan beberapa pembenahan, namun peningkatan terhadap mekanisme pengawasan di area seputaran JPO masih belum memadai.


Akulturasi

Tidak ditemukannya perlindungan di area jembatan tersebut. Tak terdapat kamera pemantau maupun pegawai tertentu untuk menjaga keselamatan jembatan dari serangan vandalisme ataupun tindakan pencurian berkelanjutan.

Walau begitu, pada pagi hari tersebut tim Bina Marga dilihat sedang membersihkan kabel udara yang berantakan di daerah seputaran jembatan. Di saat bersamaan, staf PPSU dari kelurahan pun nampak sibuk memindahkan sampah dan menyapu area sekeliling trotoar pejalan kaki (JPO).

Dalam kondisi kurangnya pengawasan, publik hanya dapat mengandalkan semoga saja fasilitas publik tersebut tetap dirawat dengan baik. Hal itu diungkapkan oleh Dea (28), seorang penduduk yang tiap harinya menggunakan JPO untuk menyeberangi jalan.

“Ya, memang setiap harinya saya melewati tempat ini karena rumah saya berada di seberang jalan sehingga tiap hari menggunakan jembatan ini untuk menyeberangi,” ungkap Dea ketika ditemui.

Akulturasi

.

Dea menyebutkan bahwa dia pernah melewati jembatan tersebut saat tangga masih berlubang. Perasaan takut dan khawatir muncul pada setiap tapak kakinya.

“Iya, pernah merasakannya. Tentunya berbahaya jika sedikit saja kesalahan dalam setiap langkahnya karena risikonya cukup tinggi begitu pula kalau kita tidak mengetahui apa yang tengah dilakukan dengan baik maka bisa sangat membahayakan,” katanya.

Saat ini, setelah direnovasi, dia menyatakan perasaannya menjadi lebih tenang. Akan tetapi ketika situasi jembatan kembali memburuk, dia sampai bersedia minta pertolongan pada petugas penjaga parkir lokal agar bisa melintas dengan menggunakan area putarbalik kendaraan.

“tentu saja, kami tidak khawatir untuk melewatinya. kalau menghilang begitu, terkadang saya memilih menyeberangi dengan berputar, dan meminta bantuan pada petugas parkir,” jelasnya.

Dia menginginkan agar peristiwa pencurian tidak terjadi lagi. Menurutnya, jembatan ini lebih dari sekadar fasilitas; itu adalah kebutuhan sehari-hari bagi warganya yang seharusnya mendapatkan perlindungan.

“Menurut pengalaman saya, hal seperti ini bukan kali pertama terjadi, jadi kita perlu berhati-hati agar tidak terulang kembali, karena mereka yang merugi adalah orang-orang yang melewati tempat ini setiap hari. Kita harus mencari tahu siapa yang mengambil besi-besi tersebut,” ujar Dea.

Pencurian elemen-elemen penting dari fasilitas umum seperti JPO memang mencerminkan persoalan yang lebih dalam; minimnya pengawasan, lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku perusakan barang milik negara, serta ketidakseriusan dalam menjaga keselamatan warga.

JPO Daan Mogot hari ini memang tampak lebih baik, tapi perbaikan fisik tidak bisa menjadi solusi jangka panjang tanpa dibarengi upaya perlindungan. Warga menunggu langkah konkret pemerintah bukan hanya perbaikan berkala, tapi sistem penjagaan yang mencegah insiden serupa terulang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kamu Juga Mungkin Suka